“Kekepoan yang membawa berkah” – kisah papiku yang kepo.


Sore itu Papih menelepon dengan background yang agak bising.

“Pei, ini Papih teh lagi di ondangan, ada tamu yang semeja sama Papih teh cucunya kena kawasaki cenah. Jadi ku Papih dikasih nomer Pepei ya bisi mau tanya-tanya langsung.” (Note:kami bicara dengan logat dan tambahan kosa kata bahasa Sunda 😄 seperti: cenah, teh, naon dll)


Ayah saya, yang saya panggil Papih adalah seorang yang sangat gemar berorganisasi. Sejak remaja Papih menekuni bela diri Karate dan beliau sangat aktif di organisasi tersebut hingga sekarang di usia 74 tahun. Papih juga seorang supel dan ramah. Apabila di sebelahnya ada orang yang tidak dikenal di sebuah momen yang sama, dia tidak akan segan untuk menyapa dan memulai pembicaraan terlebih dahulu. Dia juga pandai berbicara di depan umum. Dia sering diberi tugas menjadi Master of Ceremony (MC) di acara perkumpulan yang dia ikuti. Kalau ada Papih, pasti suasana menjadi seru. Istilah jaman sekarang ‘ga ada lu ga rame’.

Papih juga seorang yang murah hati dan suka menolong. Dia akan melakukan apa yang dia bisa ketika ada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Siapa pun itu, baik saudara, teman, pegawai atau orang yang tidak dia kenal sekalipun.

Seperti yang terjadi sore itu, ketika dia sedang berada di sebuah pesta pernikahan. Dia duduk semeja dengan beberapa teman yang dia kenal dan sebagian yang tidak dikenalnya.

Tamu yang duduk tepat di sebelahnya, seorang pria paruh baya yang tidak dikenalnya, sangat sibuk menelepon beberapa kali dan kelihatannya beliau sedang dihadapkan pada satu masalah yang cukup serius. Hingga akhirnya si Om sedikit berteriak ketika dia bicara di telepon dan Papih mendengarnya.

“…naon? Kawasaki? Naha siga ngaran motor? Panyakit eta teh?”(apa? Kawasaki? Koq seperti nama motor? Memangnya itu penyakit?”)

Setelah si Om selesai menelepon, Papih tidak segan2 lagi bertanya, “maaf ko, siapa yang kena Kawasaki? Cucu saya barusan kena juga.”

“Oh, bener itu teh penyakit? Ini anak saya barusan telepon, katanya cucu saya udah panas beberapa hari, trus tadi ke dokter teh cenah kena Kawasaki. Sugan saya teh hereui, da Kawasaki mah setau saya ngaran motor. (Saya kira dia bercanda, soalnya saya taunya Kawasaki itu nama motor).

Lalu berlanjutlah pembicaraan mereka hingga berujung pemberian nomer telepon saya.

Tak lama setelah itu, anak dari Om ini menelepon saya. Kami tidak perlu berbasa basi lebih lanjut waktu itu karena kondisi anak ini memang sudah cukup serius untuk segera dibawa ke Jakarta untuk ditangani oleh dokter spesialis yang ahli di bidangnya. (untuk informasi mengenai penyakit Kawasaki, bisa klik link berikut)

Perjalanan iman melalui “Kawasaki Disease” – part 1

Akhir dari cerita yang diawali oleh ‘kekepoan’ Papih saya ini berujung bahagia. Sang anak segera dibawa ke Jakarta dan mendapat perawatan yang tepat.

Papiku yang kepo nan peduli terhadap sesama

Saya jadi teringat, suatu hari saya makan di sebuah cafe cantik. Sambil menunggu makanan keluar, datanglah sekawanan orang asing berambut pirang duduk tidak jauh dari meja saya.

Pelayan cafe itu tidak dapat berbahasa Inggris dan menunya juga disajikan dalam bahasa Indonesia. Saya mendekati mereka dan menawarkan bantuan untuk menjadi penerjemah di antara keduanya. Setelah mereka selesai memesan, kami pun lanjut bercakap-cakap sambil berkenalan.

Pernah juga suatu hari saya sedang mengantri di sebuah supermarket di mal Semarang. Di depan saya berdiri seorang wanita asing berambut pirang sedang menunggu giliran untuk bayar. Sesampainya di kasir, dia merogoh tasnya untuk mengambil dompetnya. Namun setelah beberapa saat dia tidak dapat menemukan dompet yang dicarinya. Saya kepo tentunya, dan spontan saya bertanya padanya apa yang terjadi.

Dia bilang kalau dia yakin dompetnya dicuri orang di mal itu. Dan bukan kebetulan kalau sehari sebelum kejadian ini, saya kehilangan handphone di mal ini juga. Saya membantu wanita ini untuk melapor ke bagian security seperti yang saya lakukan persis di hari kemarin. Seperti dejavu rasanya. Saya meminta security untuk memutar rekaman CCTV yang pada saat itu masih hitam putih dan gambarnya sangat buram, tidak jelas sama sekali dan saya merasa CCTV di mal tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan hanya untuk formalitas saja.

Wanita ini meminta tolong agar saya untuk menelepon supirnya melalui handphonenya karena supirnya tidak dapat berbahasa Inggris. Lalu dia menelepon suaminya dan menceritakan apa yang terjadi.

Mereka sangat terpukul karena besok mereka akan meninggalkan kota Semarang, setelah tinggal disini selama 5 tahun, untuk pindah ke New Zealand. Mereka harus memblokir credit card yang ada di dompet wanita tersebut dan melapor ke berbagai instansi untuk menghindari pencurian identitas. Yang saya kagumi dari wanita ini adalah cara dia menghadapi kejadian malang yang dialaminya. Dia tidak marah-marah, tidak emosi, tidak teriak-teriak atau menangis. Dia menghadapinya dengan tenang dan pasrah. (Beda banget dengan saya di hari kemarin wkwkwkwkwk)

Dari pengalaman-pengalaman di atas, saya setuju dengan pernyataan bahwa anak meniru orang tuanya meskipun mereka tidak pernah mengajarkannya.

Saya sering melihat Papih dan Mamih saya menyapa orang dan mengajak ngobrol, sehingga saya tidak pernah kesulitan untuk bertemu orang baru dan berada di lingkungan yang baru. Begitu pula berbicara di depan umum. Bagi saya, hal tersebut bukan sesuatu yang sulit karena saya sudah biasa melihat Papih melakukannya sejak saya kecil.

Di Indonesia, rasa kepo itu sangat tinggi. Lihat saja kalau ada kecelakaan di jalan. Yang kepo langsung berkerumun. Ga tau duduk perkaranya sok ikut-ikutan paham. Tapi, dari cerita di atas, kepo tidak selalu buruk.

Yang buruk itu, ketika kita kepo akan apa yang terjadi pada orang lain, lalu menjadikannya bahan gosip yang merugikan orang tersebut.

Jadi….

kepolah untuk mendatangkan berkah,

kepolah untuk mendatangkan kebaikan,

kepolah untuk menolong orang lain,

kepolah untuk sebuah perubahan,

kepolah untuk kemanusiaan,

kepolah untuk mendoakan.

Tetaplah kepo, karena kepo menunjukkan kita peduli.

#kepo #parenting #budayakepo